.jpeg)
Hari Selasa, 17 Januari 2023, akan selalu menjadi titik bersejarah bagi warga Desa Joho. Pada hari tersebut, pencairan Uang Ganti Kerugian (UGK) terkait pembangunan Tol Jogja-Solo akhirnya dilaksanakan di aula kantor desa. Antusiasme yang menggebu-gebu terlihat dari wajah-wajah warga yang hadir, terutama mereka yang merasakan dampak langsung dari pembangunan jalan tol ini. Dari warga usia dewasa hingga lansia, semuanya turut merasakan momen yang dinanti-nantikan ini.
Begitu besar keinginan warga untuk hadir pada acara pencairan UGK ini, terlihat dari fakta bahwa banyak dari mereka datang setengah jam lebih awal dari waktu yang tertera dalam undangan. Pukul 09.00 pagi waktu setempat, suasana aula kantor desa sudah dipadati oleh warga yang tak sabar menunggu. Penantian panjang mereka akhirnya berbuah manis pada hari itu.
Sejak awal proses pembangunan jalan tol ini, warga Desa Joho telah bersiap untuk merelakan sebagian tanah dan bangunan mereka sebagai bagian dari pembebasan lahan. Namun, harapan akan adanya kompensasi atas kerugian yang mereka alami selama proses tersebut tetap menjadi sesuatu yang sangat dinanti. Oleh karena itu, pencairan UGK ini menjadi simbol keadilan dan perhatian dari pemerintah kepada warganya.
Kepala Desa Joho, Yulis Tanto, menjelaskan bahwa ada 101 bidang tanah yang terdampak oleh pembangunan jalan tol Jogja-Solo, termasuk lahan persawahan, saluran air, dan tanah kas desa yang memiliki luasan sekitar 1,5 hektar. Proses pencairan UGK ini sendiri telah melalui serangkaian tahap, mulai dari musyawarah warga pada Desember 2022 hingga penetapan nilai kompensasi yang adil.
Nilai UGK yang diberikan kepada warga bervariasi tergantung pada luas tanah yang terdampak dan lokasi geografisnya. Dikarenakan Desa Joho berbatasan dengan Yogyakarta, harga tanah di daerah tersebut juga memiliki kisaran yang lebih tinggi. UGK yang diterima oleh warga berkisar antara Rp 800.000 hingga Rp 1,8 juta per meter tanah.
Salah satu penerima UGK, Suwarti, menceritakan pengalamannya. Dia menerima UGK sebesar Rp 600 juta untuk tanahnya yang terdampak, berupa pematang sawah seluas 277 meter. Suwarti merasa puas dengan jumlah kompensasi yang diterimanya, terlebih karena masih memiliki sisa tanah seluas 1200 meter persegi yang dapat ditanami padi. Baginya, pencairan UGK ini tidak membuatnya merasa dirugikan, melainkan memberikan peluang untuk tetap beraktivitas di lahan tersisa.
Antusiasme dan kepuasan yang terlihat dari wajah-wajah warga saat acara pencairan UGK ini menggambarkan betapa pentingnya komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Kepedulian terhadap dampak sosial pembangunan tidak hanya tercermin dalam pembangunan fisik, tetapi juga dalam upaya memberikan kompensasi yang layak kepada warga yang terdampak. Selain itu, edukasi tentang hak dan proses UGK juga memiliki peran penting dalam memastikan warga memahami proses yang mereka jalani.
Pada akhirnya, pencairan UGK untuk pembangunan Tol Jogja-Solo bukan hanya soal uang semata, melainkan tentang menghargai hak dan keberlanjutan masyarakat yang terdampak. Momen bersejarah di aula kantor desa Joho tersebut menjadi bukti bahwa dengan komunikasi yang baik, kompensasi yang adil, dan kesadaran akan hak-hak warga, pembangunan infrastruktur dapat berjalan lebih harmonis dan memberikan dampak positif bagi seluruh komunitas.
.jpeg)
.jpeg)
